Sabtu, 27 April 2013

Cerita Dewasa Kenikmatan Gadis Kembar

Cerita Dewasa Kenikmatan Gadis Kembar

Cerita Dewasa Kenikmatan Gadis Kembar - Ceritanya bermula ketika aku mulai masuk perguruan tinggi pada saat OSPEK. Waktu itu salah satu senior yang menjadi mentorku adalah seorang cewek cantik, bentuk tubuhnya indah sekali, rambutnya panjang dan dikuncir di belakang. Orangnya sering memakai baju yang agak ketat jadi bentuk tubuhnya yang indah itu dapat kulihat, ingin rasanya tenggelam dalam pelukannya.


Diam-diam sewaktu dia pulang aku ikuti dia dari belakang biar tahu di mana rumahnya. Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah kostku, dan yang membuat aku lebih kaget adalah yang membukakan pintu itu seorang cewek yang wajahnya juga mirip dengan dia, bentu tubuhnya juga sama-sama bagus, yang membedakan hanya model rambutnya, cewek yang membukakan pintu itu rambutnya hanya sebahu lebih dan tidak dikuncir, aku pikir mereka ini pasti saudara kembar.

Besok adalah hari terakhir OSPEK, aku sengaja meminta tanda tangan pada dia sambil sekalian berkenalan dengannya. Sesudah dia memberi tanda tangan, kutanya namanya, dia bernama Susanti, dan tidak lupa kutanya dia "Eh, omong-omong kemarin aku lagi lewat rumahmu, aku juga nggak sengaja ngeliat satu cewek yang ngebukain pintu buat lu, wajahnya kok mirip denganmu sih, punya saudara kembar ya, tapi kok sekarang orangnya nggak keliatan sih?".
"Ooo, jadi kamu juga udah melihat si Susanna nih, wah nggak seru nih.., lu jadi nggak ketipu dong kalo aku kibulin..!

Kami pun bercanda dan ngobrol. Sejak saat itu kami pun mulai akrab, aku juga sudah mengenal kembarannya yang bernama Susanna yang lebih tua beberapa menit dari Susanti. Mereka lebih tua 1 tahun dariku dan 2 angkatan di atasku. Aku sering pergi ke rumah mereka yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kampus. Aku merasa ada sedikit hati pada Susanti karena kalau sedang ngobrol lebih klop rasanya. Mereka pun sering ke kostku dan aku kenalkan kepada teman kost yang lain.

Setelah beberapa bulan kira-kira jam 3 siang mereka datang ke kostku. Mereka bilang mau meminjam komputer buat ngetik, soalnya komputer di rumah mereka sedang rusak katanya. Aku pun mempersilakan mereka masuk ke kamarku yang juga ruang kerjaku. Sementara Susanti sibuk mengetik, aku ngobrol dengan Susanna, ternyata Susanna agak genit, obrolannya kadang-kadang suka nyerempet ke arah seks segala, beda dari adiknya yang sedikit tenang. Dia juga sibuk melihat majalah-majalahku.
"Wah, nggak seru nih kok majalah komputer sama sport semua nih", katanya.
Tanpa kusadari dia menemukan VCD blue yang aku sembunyikan antara halaman majalah.
"Wah ketahuan nih, bandel yah, sembunyiin barang kayak ginian".
Wajahku agak malu apalagi saat tertangkap basah di depan Susanti yang aku suka itu. Sebenarnya itu film lama dan aku juga sudah bosan nontonnya, makannya aku sembunyikan saja di sembarang tempat.

"Wah boleh juga nih", kata Susanna, "Aku juga udah lama nggak ngeliat lagi yang kayak gini, stel dong Van, boleh kan?".
"Wah, itu kan si Santi lagi sibuk, komputernya lagi dipake tuh".
"Ini bentar lagi selesai kok tinggal di save aja nih", jawab Susanti.
Aku agak heran mendengar jawaban Susanti, "Wah, ini kan film nggak baik Ti, masa lu mau liat juga nih", jawabku.
"Aku belum pernah liat tuh, sekali-kali kan aku juga pengen tau kayak apa sih film yang bisa bikin laki-laki tergila-gila tuh, ya nggak Van".
Tidak lama kemudian Susanti berkata, "Udah nih Van, udah aku save lagi, mana dong janjinya, stel dong VCD-nya. Mumpung masih belum terlalu malem nih".
"Iya, kita cewek juga boleh dong ngeliat, bukan cowok aja dong, kan emansipasi nih", Susanna menambahkan.

Akhirnya aku terpaksa mengalah setelah didesak mereka berdua dan menyetel VCD porno itu dan kami menontonnya. Kami duduk di ranjang saat menonton, aku duduk di sebelah Susanti dan Susanna di sebelah Susanti. Dalam film itu terlihat adegan seorang pria sedang menyetubuhi 2 orang wanita secara bergantian, adegan itu membuat nafsu seksku bangkit, ditambah lagi ada 2 cewek cantik di sini dan mereka berdua juga kelihatannya cukup terangsang juga.

Aku mulai memberanikan diri menggenggam tangan Susanti dan dia juga tidak menunjukkan reaksi menolak, tanganku mulai usil meraba pahanya yang pada saat itu cuma memakai celana pendek. Kemudian aku berkata pada Susanti, "Gimana Ti, filmnya bagus nggak?", dia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku.
Entah apa yang merasukiku saat itu tahu-tahu tanganku sudah mulai menyelinap ke bawah baju kaosnya dan meraba punggungnya yang halus lalu membuka tali BH-nya. Setelah itu tanganku mulai meraba payudaranya yang indah, dan saat itu dia mendesah, "Aaahh!".

Susanna yang melihat kami berdua sedang diam-diam asyik langsung berkata, "Loh, kok mainnya cuma berdua aja sih, nggak ngajak-ngajak nih!".
Selesai berkata demikian dia langsung pindah tepat duduk ke sebelah kiriku, jadi sekarang aku dalam posisi diapit 2 orang wanita.
"Wah kaya surga aja nih", kata aku dalam hati.
Aku lalu berkata pada Susanti yang saat itu juga sudah tidak bisa mengendaikan dirinya.
"Aku buka aja yah bajunya, Ti, biar lebih nyaman".
Setelah dia mengijinkan, akupun langsung membantunnya untuk membukakan bajunya, sementara itu Susanna membantuku membuka celanaku. Aku semakin nafsu begitu melihat bentuk tubuh Susanti yang sudah polos pada saat itu, ditambah lagi Susanna juga membuka bajunya setelah dia membuka celana dalamku, kini kami bertiga sudah dalam keadaan telanjang bulat.

Susanti duduk di sebelahku dan kuraba payudaranya sambil beradu lidah dengannya, sementara Susanna duduk berlutut di antara kedua kakiku sambil mengemut dan menjilati adikku. Kepalaku sudah turun ke payudara Susanti dan kujilati putingnya yang indah berwarna merah muda itu dan tanganku yang satunya lagi meraba-raba kemaluannya yang berbulu lebat dan sudah mulai basah. Susanti yang pada saat itu sedang mabuk kepayang oleh nafsunya mendesah sambil berkata, "Uhh, terus Van, terusiin, udah mau keluar nih.., Ahh.!".
Lalu Susanna berkata, "Cepetan Van, kalo Santi udah puas aku juga mau digituin nih".
Setelah berkata begitu, dia meneruskan menjilati penisku.

Setelah beberapa saat aku mempermainkan klistoris Susanti, aku mulai merasakan keluar cairan hangat dari sana, dan Susanti mendesah panjang sambil memeluk erat badanku. Disaat yang sama pula aku mencapai kepuasan karena penisku dikulum Susanna. Spermaku muncrat membasahi muka Susanna, dan dia menelan spermaku yang masih tersisa, Susanti juga berlutut ikut menjilati spermaku yang masih belepotan di penisku.

Tiba-tiba kudengar pintu kamarku dibuka dari luar, dan yang masuk adalah Andry, teman kostku yang juga teman sekamarku. Deg, aku kaget sekali, pada saat itu bagai disambar petir. Aku baru sadar kalau Andry juga ternyata memegang kunci kamar ini dan yang lebih tolol lagi adalah grendel pintu lupa kukunci. Begitu dia masuk aku langsung mengambil bantal menutupi penisku. Si kembar juga kaget dan mengambil pakaian mereka menutupi bagian terlarang mereka, untung pada saat itu mereka cuma sedang menjilat penisku, kalau sedang mengemut kan gawat, bisa tergigit penisku.

Andry yang baru masuk menutup pintu lagi dan terdiam beberapa detik sambil memandangi kami yang hanya tertutupi oleh barang seadanya.
"Kalian lagi ngapain? kok nggak ngajak-ngajak sih?". Belum sempat ada yang menjawab dia sudah mendekati Susana dan mengambil tissue membersihkan cipratan maniku di wajahnya. Dan Sussana pun tanpa diperintah langsung membukakan baju Andry. Melihat itu rasa kagetku pun mulai pulih kembali, aku menarik Susanti duduk di pangkuanku berhadap-hadapan, dan kumasukkan penisku ke dalam vaginanya, ternyata Susanti masih perawan, terbukti ketika kumasukkan penisku agak sulit, akhirnya dengan sepenuh tenaga berhasil juga, dan kudengar juga suara sobekan selaput daranya disertai sedikit darahnya.

Lalu kugenjot tubuhnya dalam pangkuanku, aku semakin horny saat melihat payudaranya yang bergoyang naik turun, kumainkan kedua benda itu, lalu kubuka juga kuncir rabutnya sehingga rambutnya tergerai panjang, membuatnya bertambah seksi. Penampilannya mengingatkanku pada foto model bugil Jepang, Chisato Kawamura. Waktu itu kulihat juga Andy sedang melakukan anal seks dengan Susanna. Ternyata Andry adalah orang yang suka bermain seks secara kasar. Kulihat dia, sambil menggenjot Susanna, tangannya menjambak rambutnya dan tangan satunya lagi meremas-remas payudaranya.

Setelah Andry puas dengan Susanna, dia minta untuk berganti pasangan denganku. Aku sebenarnya agak keberatan soalnya Susanti itu kan gadis yang aku sukai, tapi kulihat Susanti mengangguk menandakan dia setuju, "Nggak pa-pa kok Van, ini kan cuma permainan aja, boleh ya". Kupikir-pikir ya benar juga, akhirnya aku juga setuju. Susanti pun meninggalkanku dan menuju ke Andry, aku berjalan ke arah Susanna, dan membaringkannya telentang di ranjangku dan kumasukkan adikku ke dalam vaginanya. Dia kelihatannya sangat menikmati permainan ini, dan kutahu bahwa Susanna sudah tidak perawan, tapi vaginanya masih kencang, sepertinya jarang dipakai. Pantas aja dia kelihatannya lebih berpengalaman saat oral seks sebelumnya tadi, selain itu juga sifatnya lebih agresif. Tapi mereka berdua memang sama-sama enak rasanya kok. Aku agak cemburu saat melihat Susanti dijilat-jilati tubuhnya oleh Andry dan sesudahnya disetubuhi olehnya.

Singkat cerita akhirnya kami berempat bermain sampai puas, si kembar akhirnya terbaring lemas bermandikan keringat dan air sperma, aku dan Andry pun sudah merasa puas dan cukup lelah. Kira-kira jam 6 sore si kembar pamit pulang, setelah sebelumnya beres-beres dan membersihkan diri dulu. Mereka tidak mandi di sini karena takut kelihatan penghuni kost lain. Jangan-jangan mereka jadi curiga, kan bakal runyam deh jadinya. Sekarang mereka sudah lulus dan Susanti sudah pergi ke luar negri mengambil S2, yang masih tinggal cuma Susana yang sudah mempunyai pacar. Aku sendiri pun sudah mempunyai pacar sendiri.

Cerita Dewasa, Mbak Ratna yang Kehausan

Cerita Dewasa, Mbak Ratna yang Kehausan

Cerita Dewasa, Mbak Ratna yang Kehausan - "Temui aku di Hotel H kamar 315, tapi sebelumnya telp dulu ya Dik Sakti, siapa tahu Mbak Ratna sedang keluar sebentar.." begitulah pembicaraan yang singkat yang maknanya dapat aku pahami dengan cepat. Oh ya, Mbak Ratna sudah mengenalku kurang lebih setengah tahun, tapi selama setengah tahun tersebut, kami hanya sebatas berteman, karena perbedaan tempat yang cukup jauh, aku di kota S sedang Mbak Ratna di kota J. Dia mengenalku dari Mbak Vian, ya semoga pembaca masih ingat dengan kisahku di "Gelora Di Kolam Renang". Tapi aku tidak tahu apa hubungan antara Mbak Vian dengan Mbak Ratna, menurut Mbak Vian sih hanya teman dari "milist groups" (aku lupa namanya), di situ Mbak Vian cerita tentang hubunganku dengannya. Dan Mbak Ratna minta bagaimana agar bisa dikenalkan denganku.


Singkatnya, pertemanan setengah tahun berjalan sebatas kirim e-mail dan telepon, tapi tentu saja dia yang telepon duluan. Mbak Ratna adalah janda beranak 2, dia bekerja di bidang Public Service sebuah perusahaan finance di kota J, tidak jelas bagaimana ia menjanda, yang pasti mantan suaminya orang melayu. Dari yang kubayangkan selama ini lewat pembicaraan telepon, fisiknya sedang-sedang saja, hanya suaranya, ya.. suaranya yang aku ingat selalu, berat dan serak, mungkin karena dia perokok berat.

Berbekal uang recehan, aku datang ke hotel H, dan melalui public phone, aku telepon ke kamar 315. Cukup lama nada dering telepon aku dengar dan tidak ada yang mengangkat, tiba-tiba..
"Halo.." lho kok suara laki-laki? pikirku.
"Maaf Mbak Ratna ada?"
"Sebentar, dari siapa ini?"
"Sakti, saya sudah janji untuk bertemu sore ini,"
"Tante, ada orang namanya Sakti, katanya mau ketemu.."
Terdengar suara mengeras memanggil nama Ratna. Tante? Siapakah gerangan laki-laki ini?
"Ya Dik Sakti, aduh maaf Tante masih terima Hand Phone dari teman di J, langsung aja deh naik."

Begitu pintu terbuka, aku kaget, ternyata bayanganku tentang Mbak Ratna meleset seratus persen! Umurnya 37 tahun, sedang aku saat itu masih 25 tahun, kulitnya coklat, tidak cantik, cenderung gemuk tinggi tubuhnya yang 160 cm dengan berat 75 kg.
"Wah maaf ya, kenalin ini saudara Mbak di S, namanya Andi, dia anak dari kakak Mbak yang paling tua, kebetulan sedang kuliah di sini ambil jurusan.. apa Di?"
"Manajemen," jawab Andi singkat sambil berjabat tangan formal sekali.
"Semester berapa kamu Di?"
"Baru semester dua kok Tante."
"Oh ya ini Sakti, dia yang membantu Tante urusan kantor di S," jawabnya menutup-nutupi yang sebenarnya, dan aku mendukung apa yang dikatakannya.
"OK deh Tante, karena sudah ada Mas Sakti, Andi permisi dulu, besok keretanya jam berapa sih, biar Andi antar sama mama sekalian," tawaran Andi dijawab singkat Mbak Ratna.
"Ah, nanti aku telepon Mbak Ning deh, sekalian besok minta dijemput main ke rumahmu, salam buat mama dan papa ya, sampai ketemu besok."

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam,
"Sampai dimana tadi Sakti.. oh ya, selamat berjumpa deh dengan Mbak Ratna? Bagaimana menurut Dik Sakti? Mbak Ratna gemuk ya? Hayoo jujur saja, nggak perlu bohong?"
"Iya, untuk ukuran Mbak Ratna memang tergolong gemuk, tapi nggak apa kok, lagian kami sudah akrab kan setengah tahun ini," aku mencoba mencairkan suasana.
Mbak Ratna menyulut sebatang rokok Mild dan menawariku,
"Terima kasih, aku lebih suka Dji Sam Soe Filter," sambil ikut merokok kepunyaanku sendiri.
"OK, sengaja aku tidak cerita fisik Tante, takut kalau Dik Sakti nggak mau ketemu."
"Ah Mbak Ratna salah mengira aku, aku tidak melihat wanita dari fisiknya kok, gemuk, kurus, cantik atau tidak, China atau Pribumi, pendek atau tinggi, yang penting 'permainan'-nya."
Tiba-tiba aku langsung nyerocos.
"Lagi pula, aku juga tidak tampan dan bertubuh atletik kan? aku hanya laki-laki biasa yang beruntung bisa menemani beberapa wanita yang maaf lho Tante.. seperti.. Mbak Ratna ini."

Tiba-tiba, belum selesai rokok satu batang, Mbak Ratna langsung merangkulku dan melumat bibirku. Didekapnya tubuhku, dan terasa sesak nafasku karena tubuhnya yang gemuk langsung menindihku di tempat tidur. "Dik Sakti, sudah sembilan bulan ini Mbak Ratna belum merasakan sentuhan laki-laki, tolong Mbak Ratna ya.. oohhkk," suaranya yang berat dan serak memecahkan kesadaranku untuk ikut melayani permainannya. Bayangan tubuhnya yang gemuk sudah hilang dari pikiranku, karena untuk pertama kali ini, aku menemui wanita yang berani langsung tanpa pemanasan. Dan ciumannya aku akui sangat panas (mungkin karena sembilan bulan puasa). Belum selesai permainan pertama, Mbak Ratna sudah mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu. Dan hebatnya, sambil melepas pakaian, tangannya yang satu tidak berhenti meraba kemaluanku yang masih rapat tertutup celana. Aku sudah tegang sejak ia mempermaikan kemaluanku.

"Ookkhh, Sakti, tunjukkan dong sama Mbak, kemaluan kamu, sudah tegang tuh.. okkhh yeess,"
Tidak sampai satu menit, kami berdua sudah polos. Tubuh yang gemuk itu, berukuran payudara sedang-sedang saja, tetapi rambut kemaluannya jelas terawat sekali, panjang, lebat tetapi lurus, dan sudah basah karena terangsang. Batang kemaluanku langsung saja dituntun ke mulutnya, dan hisapannya.. "Aaauu, pelan-pelan Mbak, sakiit!" rupanya Mbak Ratna terlalu terburu-buru. Kubimbing dia untuk bermain pelan-pelan. "Terus Mbak! yaa, teerruss, ohh, pelan Mbak, ohh terus, nah begitu," sambil mukanya maju-mundur, burungku terus dijilati seperti es krim. Tidak perlu lama-lama menunggu, aku mulai ikut mempermainkan bibir kemaluannya. Karena sudah basah, aku tidak perlu kerja keras untuk mengajaknya memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Dan rupanya Mbak Ratna masih ingin mengulum batang kemaluanku, walaupun sudah amat sangat keras dan tegang, apa boleh buat, aku hanya bisa menunggu giliran untuk menusuk lubang kemaluan yang sudah sangat basah itu.

"Ohhk my God, Mmmbakk," suaraku bergetar, karena sudah ingin memuntahkan sperma. Sepuluh menit hanya mengulum saja, segera kupercepat gerakan, dan agak tersedak Mbak Ratna semakin liar menghisap kemaluanku. Dan aku mengeluarkan sperma di mulut Mbak Ratna, tidak banyak, tapi cukup untuk memuaskan nafsuku yang pertama. Aku klimaks hanya dengan oral seks saja, dan Mbak Ratna masih mengulum habis sekalian membersihkan sisa sperma di kemaluanku. Dan lima menit kemudian, burungku sudah mulai bereaksi kembali. Kali ini Mbak Ratna semakin bernafsu, dan belum tegang benar, aku sudah dikangkanginya, posisiku di bawah, dan Mbak Ratna di atasku. Wah, aku hampir sulit bernafas, sepertinya (sialan) kali ini aku benar-benar habis dikuasai permainan Mbak Ratna.

Dengan dibimbing tangan kiri Mbak Ratna, burungku digenggam dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Mmhh.. hangat terasa dan diikuti suara gesekan kemaluan dan dinding kemaluan sebelah dalam. Mbak Ratna mulai bergerak naik-turun, dan aku pasif saja menyaksikan apa yang sedang dikerjakan. "Oh ya.. ohhkk yaa, uuchh," Mbak Ratna sangat aktif sekali, gerakannya semakin tidak teratur, kini mulai bergerak maju-mundur, dan kadang-kadang menghentak, dan setengah melompat, seolah-olah ingin menancapkan burungku dalam-dalam ke lubang kemaluannya yang sudah sangat licin. "Dik Sakti adduhh, gimana ini, oohh sshitt, aauuww, ohhkk," entah teriakan apa lagi yang kudengar, Mbak Ratna semakin buas memainkan pinggulnya, tetapi sangat berirama dengan keluar-masuknya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Mbak Ratna.

Tiba-tiba Mbak Ratna berputar membelakangiku dengan posisi masih di atas, dan batang kemaluanku tertancap di lubang kemaluannya, Mbak Ratna bertumpu dengan kedua kakinya dengan posisi jongkok kembali menaik-turunkan tubuhnya, ohhkk, sangat aktif sekali. Kini aku hanya melihat bagian pantatnya saja, sambil sesekali melihat gerakan kemaluanku yang sudah basah dilumuri cairan dinding kemaluan Mbak Ratna tampak keluar-masuk di lubang yang nikmat sekali. "Oocchh, please.. huuhh.. hhuhh.. oohh ohh," gerakannya makin cepat, dan kini jelas sangat tidak beraturan. Kasur seperti bergerak dihantam gelombang oleh permainan Mbak Ratna sedang aku hanya rebahan menikmati permainannya. Dan tiba-tiba, dia memperlambat gerakannya dengan hujaman ke bawah yang sangat keras, dengan demikian burungku menusuk sangat dalam ke mulut kemaluannya. "Aauuhh," sedikit sakit karena dipaksa.

Semakin lambat gerakan Mbak Ratna, tetapi suaranya makin kencang (semoga tidak terdengar sampai keluar). "Yeess.. yess.. yeess.. uuhh, aakkhh, aakhh, oohh, oh.. oh.. oh.. ohh.. yees, ouucchh.. oouucch, please, pleease.. pleeassee, aaoucchh, shhitt!" Hening, dalam sekali batang kemaluanku menusuk ke lubang kemaluan Mbak Ratna, dan dibiarkan tetap di dalam, sementara Mbak Ratna menggeliat, seolah ada gerakan otomatis di dinding kemaluannya yang mengurut-urut batang kemaluanku dengan gerakan menjepit dan melebar, menjepit kembali dan tiba-tiba hangat terasa, seperti ada cairan tambahan.

Ya, aku sampai pada puncak klimaksku, ketika dalam diam tersebut, ada gerakan otomatis dari dinding kemaluan Mbak Ratna, seolah-olah meremas kemaluanku dengan sangat teratur dan diselingi desiran cairan kental yang membuat licin, sehingga batang kemaluanku terasa berdenyut-denyut dipompa oleh dinding kemaluan Mbak Ratna. Dan kejadian yang singkat ini berlangsung kurang dari setengah jam, adalah permainanku yang terakhir di kota S. Sekarang aku sudah di J, sekota dengan Mbak Ratna. Tetapi sejak di kota J ini, justru aku tidak pernah lagi berhubungan dengan Mbak Ratna. Sejak kejadian yang pertama dengan Mbak Ratna, kami masih sempat bercinta 3 kali di kemudian hari, dan seperti permainan kami yang pertama, aku hanya diam saja menyaksikan permainan Mbak Ratna yang agresif dan kutunggu sesuatu yang istimewa, gerakan dinding kemaluannya, yang belum pernah kutemui dengan wanita yang lain.

Cerita Dewasa, Mantan Pacar Adik Ku

Cerita Dewasa, Mantan Pacar Adik Ku

Cerita Dewasa, Mantan Pacar Adik Ku - Cerita Hot Terbaru - Siang itu aku sendirian di rumah. Ayah, Ibu dan adik-adikku sedang ada acara masing-masing. Aku yang memang sedang tidak ada acara, bertugas untuk menjaga rumah. Daripada tidak ada kerjaan dan melamun sendirian, aku berniat untuk membersihkan rumah.


"Aku mau memberikan kejutan yang baik kepada orang-tuaku..." pikirku waktu itu.

Ketika aku sedang membersihkan kamarku (waktu itu aku masih tidur berdua dengan Dewi, adikku yang bungsu), aku menemukan foto Dewi dengan mantan pacarnya waktu SMU yang bernama Herland. Keluargaku dan Herland sudah cukup dekat, bahkan dia sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri. Tapi sejak Dewi putus darinya dan sudah memiliki pacar baru, Herland mulai jarang main ke rumah.

Tiba-tiba aku yang kangen dengan Herland karena sudah jarang bertemu, sempat berpikir kenapa tidak aku undang saja dia main ke rumah. Kemudian aku mengirim SMS ke nomer Herland yang masih aku simpan di Handphone-ku. Aku sengaja tidak memberitahukan kalau keluargaku sedang tidak ada di rumah semuanya, termasuk Dewi. Takut saja kalau Herland nanti merasa segan untuk main ke rumah. Aku sebenarnya berencana mau menjodohkan lagi Dewi dengan Herland agar dapat berpacaran kembali. Siapa tau dengan mengundang Herland ke rumah semuanya akan sesuai dengan rencana.

Sesaat setelah mengirimkan SMS, aku melanjutkan membersihkan kamarku yang sempat terhenti sesaat, sambil menunggu balasan darinya. Sesekali aku melihat Handphone-ku apakah sudah ada balasan dari Herland atau belum, namun cukup lama menunggu aku belum juga mendapatkan balasan darinya. Sampai akhirnya aku lupa sendiri dan larut dalam pekerjaanku.

Ketika membereskan lemari baju di kamar adikku yang cowok, aku menemukan sekeping DVD tanpa cover. Karena penasaran aku mencoba menyetel DVD tersebut di ruang tengah.

Di layar TV sekarang terpampang sepasang bule yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka lepas. Si cowok mulai menciumi leher ceweknya, kemudian turun ke payudara. Si cewek tampak menggeliat menahan nafsu yang membara. Badanku gemetar dan jantungku berdegup kencang karena ternyata DVD tersebut adalah Blue Film.

Aku yang tadinya berniat menghentikan film tersebut dan mengembalikan ke tempatnya, memutuskan untuk melanjutkan saja. Di tengah-tengah film, pikiranku menerawang mengingat saat terakhir aku dan teman-teman kampus Dewi menonton DVD seperti itu yang dilanjutkan bersetubuh dengan mereka.

Birahiku tiba-tiba saja semakin tinggi. Aku memang sudah seminggu ini tidak melakukan masturbasi. Sehingga selama menonton, tanpa sadar bajuku sudah tidak karuan. Kaos berwarna hitam yang aku pakai, sudah terangkat sampai di atas payudara. Kemudian Bra-ku sudah dalam keadaan terlepas. Kuelus-elus sendiri payudaraku sambil sesekali kuremas. Sungguh enak sekali rasanya, apalagi kalau sampai terkena putingnya.

Celana pendekku sudah aku turunkan sampai sebatas mata kaki, lalu tanganku aku masukan ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok klitorisku. Sensasinya sungguh luar biasa! Semakin lama aku semakin gencar melakukan masturbasi, rintihanku semakin keras. Tangan kananku semakin cepat menggosok klitoris, sementara yang satunya sibuk meremas-remas toketku sendiri.

"Oohh.. Ooohh.." desahku yang sudah merasa hampir mencapai orgasme.

Tiba-tiba, pintu depan diketok. Tentu saja aku gelagapan memakai pakaianku yang terbuka disana-sini. Setelah itu aku mematikan DVD player tanpa sempat mengeluarkan Disc-nya.

"Aduh gawat...!!" pikirku panik.

"Siapa ya? Apa jangan-jangan Ayah dan Ibu? Tapi kan baru sebentar..." aku mulai kuatir.

Dengan terburu-buru aku membukakan pintu. Ternyata di depan pintu berdiri sosok yang sudah aku kenal, yaitu Herland mantan pacar adikku.

"Halo Teteh! Tadi SMS Herland ya? Maaf ya udah lama gak main nih..." katanya dengan ceria.

"Kirain Herland gak bisa datang? Kok nggak jawab SMS Teteh dulu sih?" tanyaku.

"Emang sengaja Teh. Kan Herland mau ngasih surprise sama keluarga mantan pacar nih..." jawabnya sambil tersenyum cuek.

"Oh gitu? Teteh kirain Herland udah nggak mau lagi main ke rumah..." candaku sambil mempersilakan duduk di ruang tamu.

Herland tersenyum mendengar candaku, mungkin dia juga sudah sangat kangen dengan sikap akrab yang diberikan oleh keluargaku.

"Kok sepi banget sih Teh? Yang lain lagi pada kemana?" tanyanya bingung melihat suasana rumahku yang lengang.

"Sedang ada acara masing-masing tuh. Dewi juga lagi pergi sama temannya, jadi di rumah cuma ada Teteh doang. Maaf ya Teteh gak kasih tau Herland sebelumnya. Abisnya Teteh juga udah lama gak ngobrol sama Herland sih..." aku mencoba menerangkan dan berharap Herland dapat maklum.

Terus terang saja, aku sudah sangat kangen dengan Herland. Ternyata Herland pun mau mengerti maksudku. Apalagi dia juga sudah menganggap keluargaku seperti keluarga sendiri, dia saja memanggil namaku dengan 'Teteh' berbeda dengan kebanyakan teman-teman Dewi yang memanggilku dengan 'Kakak'. Maklum saja keluarga Herland termasuk Broken Home, tapi tidak berarti dia nakal seperti layaknya anak yang tumbuh tanpa pengawasan orangtua.

Karena sudah lama aku tidak mengrobrol dengan Herland, kami berbicara banyak mengenai berbagai hal. Aku juga sempat memperhatikan di usianya yang menginjak 17 tahun, ia mulai tumbuh sebagai seorang pria dewasa. Walaupun secara fisik wajahnya yang terbilang biasa saja belum banyak berubah, tinggi badannya juga masih tidak berbeda denganku, hanya sekitar 160 cm. Tapi sikapnya yang sekarang sudah jauh lebih dewasa.

Setelah cukup lama mengobrol, aku baru sadar kalau tubuhku dalam keadaan kotor setelah berberes rumah. Aku kemudian pamit dengan Herland untuk mandi. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, aku mengajaknya untuk makan siang bersama. Di saat makan, aku merasa Herland terus memperhatikan tubuhku yang saat itu memakai kaos putih ketat dan hotpants warna kulit.

"Huh, dasar cowok! Dimana-mana sama aja...!" omelku dalam hati.

Namun aku bisa memaklumi dia, karena pasti tubuh mungilku saat itu terlihat sangat sexy dan menggiurkan.

"Ada apa Land? Kok ngelamun sih? Lagi mikirin Dewi ya?" aku berpura-pura menanyakan hal lain untuk menyadarkan lamunannya.

"Ah, enggak kok Teh. Dewi kan sekarang udah punya pacar baru..." ujar Herland sekenanya.

"Herland jangan pulang buru-buru yah. Tadi Teteh udah kasih tau ke Dewi kalau Herland sedang ada di rumah..." kataku berharap supaya Herland dapat lebih lama di sini.

"Iya deh Teh. Herland juga mau di sini dulu sampe semuanya pulang..." jawabnya.

"Ya udah, Herland nonton TV dulu aja. Teteh mau masuk ke kamar dulu. Mau istirahat sebentar..." lanjutku.

"Ya udah Teh, nggak apa-apa kok. Teteh istirahat aja dulu..." kata Herland.

Setelah pamit ke Herland, aku beranjak masuk ke kamar tidur. Setelah menutup pintu kamar, aku bercermin. Wajahku terbilang manis, kulit kuningku juga bersih dan mulus karena sering luluran. Walaupun badanku mungil, tapi terbilang proporsional. Bajuku kemudian aku lepas dan mencopot Bra-ku, karena aku terbiasa tidur tanpa menggunakan Bra. Kemudian aku memperhatikan payudara milikku yang berukuran kecil namun kencang, dan tentu saja semakin membuat tubuhku tampak indah, karena sesuai dengan postur mungilku.

Aku tersenyum sendiri melihat hotpants-ku yang memang membuat aku tampak sexy. Pantas saja Herland sampai memperhatikan tubuhku seperti itu. Aku yang dalam keadaan cukup lelah, merebahkan diriku sebentar di atas kasur tanpa memakai kaos dan mencoba beristirahat sejenak. Belum lama beristirahat, aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah yang tepat berada di depan kamarku. Astaga! Aku baru ingat, itu pasti suara dari DVD porno yang lupa aku keluarkan tadi. Apa Herland sedang menyetelnya? Penasaran, aku pun bangkit dari tempat tidurku, dengan terburu-buru aku memakai kaos tanpa sempat memakai Bra terlebih dahulu, kemudian dengan perlahan-lahan aku keluar dari kamarku.

Begitu aku membuka pintu kamar, aku melihat pemandangan yang mendebarkan. Herland sedang berada di karpet depan TV sambil mengeluarkan penisnya dan mengocok-ngocoknya sendiri. Ternyata penisnya cukup besar juga untuk anak seusia dia, kurang lebih sekitar 14 cm dan sudah tampak tegang sekali.

Aku berpura-pura batuk, kemudian dengan tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Herland dan ikut duduk disampingnya. Dia tampak kaget menyadari aku sudah berada di sampingnya. Lalu dengan terburu-buru dia memasukkan penisnya ke dalam celananya lagi.

"Eh, Te...teh ga-ak jadi istira...hat ya...?" kata Herland salah tingkah.

Kemudian dengan wajah panik dia mengambil remote DVD dan hendak mematikan filmnya.

"Iya nih Land, gerah banget di dalam. Eh, filmnya nggak usah dimatiin. Kita nonton berdua aja yuk! Kayaknya seru tuh..." ujarku sambil menggeliat sehingga menonjolkan payudaraku yang hanya terbungkus oleh kaos putih ketatku saja.

"Hah? Teteh mau i-ikut nonton...? Jangan Teh Herland malu..." katanya gugup.

"Kok Herland masih malu? Kayak sama siapa saja. Herland kan sudah seperti keluarga sendiri, masa masih malu sama Teteh?" kataku meyakinkannya.

"I-iya deh..." jawab Herland dan tidak jadi mematikan DVD-nya


Dengan santai aku duduk di samping Herland sambil ikut menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga hotpants-ku semakin tertarik dan memperlihatkan paha mulusku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan bintang porno itu memang sungguh menakjubkan, mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik ke arah Herland yang sejak tadi bergantian antara memandangi adegan panas tersebut dan terkadang juga melihat ke arah paha dan payudaraku. Terlihat ia berkali-kali menelan ludahnya. Nafasku juga mulai memburu karena terangsang melihat Film tersebut.

"Land, kamu udah pernah bersetubuh?" tanyaku tiba-tiba.

"Eh, kok Teteh tau-tau nanya kayak gitu sih?" jawab Herland bingung.

Herland agak kaget mendengar pertanyaanku, soalnya saat itu matanya asyik mencuri pandang ke arah puting payudaraku yang tercetak pada kaos putihku. Aku semakin memanaskan aksiku, sengaja kakiku kubuka lebih lebar sehingga sekarang cetakan vagina pada Hotpants-ku terlihat jelas.

"Gak usah malu Land. Teteh bisa jaga rahasia kok...!" tanyaku semakin penasaran.

"Belum pernah kok Teh... Beneran deh!" jawab Herland tersipu.

"Tapi kamu udah sering nonton Film kayak gini kan?" pancingku.

"Lumayan sering sih Teh. Tapi paling Herland nontonnya rame-rame, atau kalo lagi nonton sendirian sambil ngocok deh..." jawabnya mulai santai.

"Land, menurut kamu Teteh cantik gak sih?" lanjutku terus menggoda Herland.

"Iya Teh! Sebenernya dari dulu Herland udah merhatiin kalo Teteh tuh cantik..." timpal Herland.

Merasa dipancing seperti itu Herland mulai memberanikan diri untuk memegang tanganku. Aku sedikit kaget, namun membiarkan tanganku dibelai oleh telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Herland basah oleh keringat karena gugup. Karena aku biarkan, dia terus membelai-belai bagian tangan seraya perlahan-lahan mulai naik untuk mengusap pergelangan tanganku. Aku pasrah saja ketika Herland memberanikan diri melingkarkan tangannya pada bahuku. Namun tampaknya ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil terus memeluk bahuku, tangan kanannya mulai berani memegang-megang payudaraku.

"Enak ya Teh diginiin...?" tanya Herland disela permainan tangannya.

"Emph... Emph..." aku hanya merintih menikmati remasan Herland pada payudaraku.

Sambil memegang payudaraku, dengan ganas Herland mulai menciumi bibir dan leherku. Akupun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumannya. Keganasan kami berdua membuat suasana ruangan ini menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Setelah beberapa menit kami berciuman, aku yang sudah terangsang berat berniat untuk melanjutkan ke bagian yang lebih jauh lagi.

"Land... Sebentar deh. Teteh buka kaos dulu ya..." kataku menghentikan pegangannya.

Herland hanya mengangguk mendengar kata-kataku. Tentu saja dia pasti sudah tidak sabar untuk melihat payudaraku yang tanpa terbungkus apa-apa.

"Land, payudara Teteh bagus gak?" ketika aku sudah mencopot kaos ketatku sehingga payudaraku sudah terpampang jelas di hadapannya.

"Ba-bagus Teh...!" jawabnya dengan terbata-bata.

Herland tampak melotot menyaksikan bagian atas tubuhku yang menggoda. Hal itu malah membuat aku semakin terangsang dan melanjutkan perbuatanku. Merasa terus dipancing seperti itu, Herland tampaknya tidak tahan lagi. Ia langsung melumat bibirku sambil meraba-raba payudaraku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Aku memejamkan mata meresapinya, Herland semakin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya berusaha memainkan vaginaku dari luar. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku sehingga lidahku pun ikut bermain. Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk mengikuti arus permainan. Dengan kuluman lidah Herland yang agresif, ditambah remasan-remasan telapak tangannya pada kedua payudaraku, birahiku pun dengan cepat naik. Sementara di bawah sana kurasakan tangan Herland sudah mulai meraba pahaku yang mulus.

"Aaaaahh Herlaaand.... Aaaahhhhhhh...." aku mendesah panjang merasakan nikmat yang melanda diriku.

"Mulus banget paha Teteh! Bikin gemes Herland aja nih...!" sahut Herland sambil tangannya merayap naik lagi ke selangkanganku.

"Sekarang giliran Teteh yang liat badan Herland!" pintaku kepada Herland.

Herland yang tadinya malu-malu semakin salah tingkah mendengar permintaanku. Karena sudah sangat bernafsu aku memaksa Herland untuk mencopot seluruh pakaiannya hingga dia bugil. Aku semakin terangsang melihat tubuh bugil Herland dari dekat. Badannya walaupun agak kurus tapi cukup berotot. Penisnya sudah mengacung tegak dan membuat jantungku berdebar cepat. Entah kenapa, kalau waktu dulu ngebayangin bentuk penis cowok aja rasanya jijik tapi ternyata sekarang malah membuat darahku berdesir.

"Wah penis kamu udah tegang banget Land! Bentuknya bagus... Teteh boleh isep ya...!?" tanyaku tidak sabar.

Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung mengocok, menjilat dan mengulum batang kemaluannya dengan semangat.

"Slurp... Slurp... Slurp... Mmmh! Slurp... Slurp... Slurp... Mmmh..." penis Herland terasa nikmat sekali di mulutku.

"Teh... Aaaah... Enaaakk...! Dari dulu emang Herland pengen banget ngerasain mulut Teteh ngisep kontol Herland. Akhirnya kesampaian juga...!" katanya sambil terus menikmati hisapanku pada penisnya.

Aku semakin bernafsu menghisap penisnya, terkadang aku juga menjilat buah zakarnya sehingga Herland mulai mendesah.

"Hmm... nikmat banget penis kamu Land!" kataku memuji kenikmatan penisnya.

"Aaaaahh.. Eeennakk banget! Teteh udah pengalaman yah?" ceracau Herland menikmati hisapanku.

Aku hanya melanjutkan hisapanku tanpa menghiraukan pertanyaan Herland. Setelah beberapa menit merasakan hisapanku pada penisnya, Herland akhirnya tak kuat lagi menahan nafsu. Didorongnya tubuhku hingga terlentang di karpet, lalu diterkamnya aku dengan ciuman-ciuman ganasnya. Tangannya tidak tinggal diam dan ikut bekerja meremas-remas payudaraku.

"Ahh... Mmmh.. Uuuh.. Eenak Land..." desahku keenakan.

Aku benar-benar merasakan sensasi luar biasa. Sesaat kemudian mulutnya menjilati kedua putingku sambil sesekali diisap dengan kuat.

"Auwh... Nikmaaaat bangeett... Aaah...!" desahanku semakin kencang.

Aku menggelinjang, tapi tanganku justru semakin menekan kepalanya agar lebih kuat lagi mengisap pentilku. Sejurus kemudian lidahnya turun ke arah vaginaku. Tangannya menarik Hotpants dan celana dalamku. Mata Herland seperti mau copot melihat vaginaku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

"Vagina Teteh bagus gak Land bentuknya..?" tanyaku penasaran.

"Bagus banget Teh! Herland suka banget memek yang nggak ada bulunya kayak gini. Mana masih rapet banget lagi..." jawabnya.

Sekarang tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Lalu dengan lembut Herland membelai permukaan vaginaku. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya meremas-remas dadaku.

"Sshhhh..." desahku dengan agak gemetar ketika jarinya mulai menekan bagian tengah kemaluanku.

Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku sudah mulai naik, mengucurlah cairan pra-orgasmeku. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli sekaligus nikmat di bawahku sehingga tangan Herland terhimpit diantara kedua paha mulusku.

"Eemmhh... Enaaaakk bangeettt...!" aku terus mendesah membangkitkan nafsu Herland.

Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya.

Setelah puas memainkan jari-jarinya di vaginaku, kurasakan Herland mulai menjilati pahaku yang mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Kemudian Herland membuka vaginaku lebar-lebar sehingga klitorisku menonjol keluar, aku hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya menyusup ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya sungguh nikmat, geli-geli enak seperti mau pipis. Herland terus menjilatinya dengan rakus sambil sesekali menggigit kecil klitorisku atau terkadang dihisapnya dengan kuat. Tangannya juga terus mengelus paha dan pantatku yang mempercepat naiknya libidoku.

"Aaahh Herlaaannnd!! Uuuhh.. Eenak... Terus...!" jeritku.

"Slurp... Slurp... memek Teteh gurih banget... Mmmh... Slurrrppp..." katanya disela-sela menjilati vaginaku yang sudah mulai basah.

Herland terus menjilati vaginaku sampai akhirnya aku nggak tahan lagi. Tidak sampai lima menit, tubuhku mulai mengejang, rasa nikmat itu menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku.

"Aaaaaaaaaahh..." aku menjerit panjang merasakan nikmat pada seluruh tubuhku.

Tampaknya aku mencapai orgasme yang pertama akibat permainan jari ditambah dengan jilatan-jilatan lidah Herland pada vaginaku. Aliran orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu. Aku mendesis dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku terus dihisapinya selama kurang lebih lima menitan. Sensasi itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah kemudian Herland melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.

"Emang enak banget deh cairan memeknya Teteh...!!" puji Herland kepadaku.

"Herland jago banget sih bisa bikin keluar Teteh..." aku juga ikut memuji Herland.

"Teteh udah keluar kan? Sekarang giliran Herland yah..." pintanya.

"Herland mau Teteh apain?" tanyaku yang masih dalam keadaan lemas karena baru mencapai orgasme.

"Sepongin kontol Herland lagi dong! Abisnya bikin ketagihan sih!" jawab Herland.

Lalu Herland duduk di sofa sambil kembali memamerkan penis miliknya yang sudah sangat tegang. Aku bersimpuh dihadapannya dengan lututku sebagai tumpuan. Kuraih penis itu, pertama kukocok dengan lembut kemudian semakin cepat dan pelan lagi. Hal itu tentunya semakin memainkan birahi Herland.

"Aaaah... Teteeeeh...! Enaak bangeeet..." Herland semakin mendesah kencang.

Setelah puas mengocok-ngocok penisnya, aku mulai menjilati batangnya dengan pelan. Mungkin karena Herland sudah dikuasai hawa nafsu, dengan setengah memaksa dia mengarahkan batang penisnya ke mulutku yang dan kemudian menjejali penisnya ke mulutku. Aku yang tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu ke mulutku. Kusambut batangnya dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma khas pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya. Lalu kupakai ujung lidahku untuk menyeruput lubang kencingnya. Hal itu membuat Herland blingsatan sambil meremas-remas rambutku.

"Sluurpp... Sluuuurp... Mmmmmh.." desahku sambil menikmati setiap jengkal penisnya.

"Enak ya Land...? Hmm...?" tanyaku sambil mengangkat kepala dari penis Herland dan menatapnya dengan senyum manisku

"Enaaak banget Teh..." Herland mendesah-desah keenakan.

Herland mulai mengerang-erang keenakan, tangannya meremas-remas rambutku dan kedua payudaraku. Aku semakin bernafsu mengulum, menjilati dan mengocok penisnya. Kusedot dengan keras penis hitam itu. Kubuat pemiliknya medesah-desah, aku juga memakai lidahku untuk menyapu batangnya. Aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajah Herland akibat teknik oralku.

"Oooh... Terus Teehh... Herland hampir keluar...!" Herland semakin mendesah.

Karena Herland sudah hampir keluar, aku melepaskan hisapanku pada penisnya dan mulai mengocoknya. Aku semakin bersemangat memainkan penis miliknya yang kepalanya sekarang berwarna lebih kehitaman. Semakin lama aku semakin cepat mengocoknya.

"Aaahh... Herland keluaaaarrr Teeeh..!!" desahan Herland semakin kencang.

"Croot.. Croot.." tak lama kemudian penisnya menyemburkan sperma banyak sekali sehingga membasahi rambut mulut, wajah, payudara dan hampir seluruh tubuhku. Dengan sigap aku menelan dan menjilati sperma Herland seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Aku benar-benar menikmati permainan ini.

"Eeehhmmm... Sluuurp..." aku terus menikmati menghisap penisnya.

Kemudian aku meneruskan untuk mengusap dan aku jilati semua spermanya yang berceceran di tubuhku sampai tak tersisa. Lalu aku hisap penisnya dengan kuat supaya sisa spermanya dapat kurasakan dan kutelan. Setelah aku yakin spermanya sudah benar-benar habis, aku melepaskan hisapan pada penisnya, kemudian benda itu mulai menyusut pelan-pelan.

"Nikmatnya sperma kamu Land..." bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermanya yang masih menempel pada bibirku.

"Obat awet muda ya Teh..." kata Herland bercanda.

"Yaa begitulah... Makanya Teteh tetep awet muda kan?" aku ikut membalas candanya.

Walaupun sudah sempat mencapai orgasme, namun birahiku belum juga padam. Aku berpikiran untuk melanjutkan permainan kami ke tahap selanjutnya.

"Land.. Ayo sekarang masukin penis Herland ke vagina Teteh! Udah nggak tahan nih..." perintahku yang masih dikuasai hawa nafsu.

Tanpa pikir panjang lagi, Herland lalu mengambil posisi duduk, kemudian diacungkan penisnya dengan ke arah lubang vaginaku. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar siap menerima serangan penisnya. Pelan-pelan dimasukkannya batang penisnya itu ke dalam vaginaku.

"Uuhh… Nnggghhh…!" desisku saat penis yang sudah sangat keras itu membelah bibir kemaluanku.

"Teteh mau tau apa yang pengen Herland lakuin ke Teteh dari dulu? Herland pengen ngentot Teteh sampai ketagihan...!!" katanya sambil tersenyum nakal.

"Aaaauw... Pelan-pelan dong Land... Aaakh..." desahku sedikit kesakitan.

Walaupun sudah tidak perawan lagi, tapi vaginaku masih sempit. Mungkin juga karena penis Herland termasuk besar ukurannya.

"Auuhh.. Enaaak Land..." desahku yang semakin merasakan nikmat.

Herland tampak merem-melek menahan nikmat. Tentu saja karena Herland baru pertama kali melakukan ini. Lalu dengan satu sentakan kuat penisnya berhasil menancapkan diri di lubang kenikmatanku sampai menyentuh dasarnya.

"Aaaahh... Nikmaat bangeett Laaand...." teriakku.

Aku melonjakkan pantatku karena merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kurasakan cairan hangat vaginaku mengalir di pahaku. Masa bodoh dengan status Herland yang adalah mantan pacar adikku! Sudah kepalang tanggung pikirku, aku ingin merasakan nikmatnya bersetubuh hingga orgasme dengan Herland. Sesaat kemudian Herland memompa pantatnya maju mundur.

"Jrebb! Jrebb! Jrubb! Crubb!" suara penisnya sedang keluar masuk di vaginaku.

"Aakh...! Aaaakh...! Nikmaaat banget... Laand..." aku meneriakkan nama Herland.

Aku menjerit-jerit karena merasakan nikmat yang luar biasa saat itu. Vaginaku yang sudah basah sekarang dimasuki dengan lancar oleh penis Herland yang sangat tegang itu.

"Ooh... Lebih keras lagiii Laand... Lebih cepaaat..." jeritku kenikmatan.

Keringat kami yang bercucuran menambah semangat gelora birahi kami. Tapi Herland malah mencabut penisnya, mungkin ia lelah dengan posisi ini.

"Dasar ABG...!" umpatku dalam hati.

Aku jadi tidak sabar lalu bangkit dan mendorongnya hingga telentang. Kakiku kukangkangkan tepat di atas penisnya, dengan birahi yang memuncak kuarahkan batang penis Herland untuk masuk ke dalam liang vaginaku.

"Ooooooh.. Herlaannddd...!!" aku menjerit keenakan.

Lalu dengan semangat aku menaik turunkan pantatku sambil sesekali aku goyangkan pinggulku.

"Ouuh.. Memek Teteh enak bangeeet...! Penis Herland serasa dipijat..." desahnya.

"Uggh.. Uuuh.. Penis Herlaaand... Juga nikmaat..." aku juga memuji keperkasaan penisnya.

Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat. Karpet di ruangan ini pun sudah basah oleh cairan sperma Herland maupun lendir yang meleleh dari vaginaku. Namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Aku menghujamkan vaginaku berkali-kali dengan irama sangat cepat. Aku merasa semakin melayang. Bagaikan kesetanan aku menjerit-jerit seperti kesurupan. Akhirnya setelah setengah jam kami bergumul, aku merasa seluruh tubuhku bergetar hebat.

"Teeeh... Herland bentar lagi keluar nih...!" erangnya panjang sambil meringis.

Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat.

"Aaaaaah... Teteeeh juga udah mau keluar Land...!! Kita keluar sama-sama Land...!!" aku berteriak kencang karena sudah hampir mencapai orgasme.

"Oooohh… Teeehhh... Aaaaaahh...!!" Herland berteriak panjang.

Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat. "Cret.. Cret.." kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, sedangkan vaginaku juga mengeluarkan cairan yang sangat banyak, tanda aku sudah mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya. Dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami. Aku memeluk erat-erat tubuh Herland sampai dia merasa sesak karena aku memeluknya dengan sangat kencang. Kami seakan sudah tidak peduli bila tetangga sebelah rumahku akan mendengarkan jeritan-jeritan kami.

Herland mencabut penisnya vaginaku dan akhirnya kami berdua hanya bisa tergeletak lemas di atas karpet dengan tubuh bugil bermandikan keringat.

"Aaahh... Land... kamu hebaaat banget Land..." pujiku sambil mengistirahatkan tubuh yang sudah lemas ini.

"Herland ju... ga Teh... Haaah.... Haaaah... Terima kasih untuk kenik... matan ini... Belum pernah Herland merasakan nikmat yang luar biasa seperti ini..." jawab Herland sambil terengah-engah seraya mengecup keningku dengan mesra.

Setelah merasa kuat untuk bangun, kami berdua beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari sperma, keringat dan liur. Tapi di kamar mandi kami tidak melakukan persetubuhan lagi, melainkan hanya berciuman dengan mesra saja, karena kami takut tiba-tiba Dewi atau keluargaku yang lain akan segera pulang. Siraman air pada tubuhku benar-benar menyegarkan kembali pikiran dan tenagaku setelah seharian penuh "bermain" dengan Herland.

Kami berdua pun membersihkan ruang di sekitar "medan laga" tadi dengan menyemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi. Setelah beres, kami pun sedikit berbincang mengenai kejadian tadi. Aku yang sempat ragu apa benar Herland belum pernah bersetubuh, karena dia sudah terlihat ahli, bertanya lagi kepadanya. Ternyata dari pengakuannya, memang Herland belum pernah melakukan persetubuhan dengan siapapun, termasuk Dewi. Herland mengaku melakukan ini hanya berdasarkan yang dia lihat dari DVD ataupun internet saja.

Cerita Dewasa, Dengan Ibu Guru

Cerita Dewasa, Dengan Ibu Guru

Cerita Dewasa, Dengan Ibu Guru - Cerita HOT - Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.


Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu 'pelajaran' tambahan di Minggu siang ini."Sudah selesai Anto?", Rina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya."Hampir bu""Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..""Iya..""Bu Rina, Saya sudah selesai", Anto masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya."Ibu dimana?""Ada di kamar.., Anto sebentar ya", Rina berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya."Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa.."Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya."Bagus bagus..., Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?""Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..""oo..., begitu to?""Anto kamu mau menolong saya?", Rina merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya."Apa Ibu?", tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang satu mengusap-uasap daerah 'vital' nya."Tolong Ibu ya..., dan janji jangan bocorkan pada siapa--siapa"."Tapi tapi..., Saya"."Kenapa?, oo..., kamu masih perawan ya?".Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Rina"Iya""Nggak apa-apa", Ibu bimbing ya.

Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Rina yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.

Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini."Lepaskan pakaiannmu Anto", Rina berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya."Ahh cepat Anto", Rina mendesah tidak sabar.

Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja."Anto..., letakkan tanganmu di dada Ibu",Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina yang montok itu."Oohh..., enakk..., begitu caranya..., remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang.." Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan."Ibu..., Boleh saya hisap susu Ibu?".Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, "Boleh..., lakukan apa yang kamu suka".

Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya."Oohh..., jilat terus sayang..., ohh", Tangan Rina mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.

Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut."mm..., nakal kamu", Rina tersenyum merasakan tingkah muridnya itu."Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu".Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina yang membuka lebar. Rina kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya."Coba kamu rasakan", ia membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya."Hangat Bu.."Bisa kamu rasakan ada semacam pentil...?""Iya..""Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok"Pelan-pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu."Terus..., oohh..., ya..., gosok..., gosok", Rina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Anto."Kalo diginiin nikmat ya Bu?", Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya."Oohh..., Antoo..., mm", tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol."Ooaahh..., Anntoo", Tangan Rina mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya."Hmm..., kamu lihai Anto..., Sekarang..., coba kamu berbaring".Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya."Wah..., wahh.., besar sekali", tangan Rina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.

Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan."Ahh..., enakk...,enakk", Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Rina. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rina."oohh Ibu..., Ibbuu"Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas."Hmm..., manis rasanya Anto", Rina masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak."Sebentar ya aku mau minum dulu".

Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang."Anto..., biar Ibu minum dulu"."Tidak..., nikmati saja ini", Anto yang masih tegang berat mendorong Rina ke kulkas.Gelas yang dipegang rina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas."Ibu..., sekarang!""Ahhkk", Rina berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar."Antoo..., enakk..., ohh..., ohh". Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya."Ibu menikmati ini khan", bisik Anto di telinganya"Ahh..., hh", Rina hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang."Jawab..., Ibu", dengan keras Anto mengulangi sodokannya."Ahh...,iyaa""Anto..., Anto jangann..., di dal.. La" belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya."Uuhgghh", penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Rina."Ahh".

Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.

Setelah kejadian dengan Anto, Rina masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Rina adalah jika Anto kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.

Ketika Rina berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini."Bu Rina salam dari Anto", Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya."Terima kasih, boleh saya masuk", Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya."Boleh..., boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Anto."Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget."Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..", sambil duduk di balik kemudi."Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Anto", Reza tersenyum penuh kemenangan."Apa hubungannya?", Keringat mulai menetes di dahi Rina."Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas".

Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rina langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Rina segera menuju pintu itu, ia mengira Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka"Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!", Rina agak jengkel dengan muridnya ini."Boleh saya masuk?"."Tidak!"."Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?"."!!"dengan geram ia mempersilakan Reza masuk."Enak ya rumahnya, Bu", dengan santainya ia duduk di dekat TV. "Pantas aja Anto senang di sini"."Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua", dengan ketus Rina bertanya."Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua"."Jadi artinya", Kali ini Rina benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa."Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Anto, mau?", Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Rina.Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.

Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya."Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?".Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan meraih kepala Rina dan memasukkan penisnya ke mulut Rina."Mmpfpphh"."Ahh yaa..., memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu..., nikmat kok"Rupanya nafsu menguasai diri Rina, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan."Aduhh..., nikmat sekali Bu oohh", Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Rina, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Rina merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar."oohh..., Ibu enakk..., enakk..., aahh".Cairan mani Reza muncrat di mulut Rina, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri."Sudahh..., sudah selesai kamu bisa pulang", Namun Rina tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya."Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.""Apa! beraninya kamu memerintah!", Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya."Sini saya teruskan", ia mendengar Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Rina juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya."Gilaa..., besar amat", pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Rina, erangan kenikmatan pun keluar."mm oohh".Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Rina."Reza..., aahh..., aahh", Tubuh Rina menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza."Enak Bu?", Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

Rina hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Rina agar membungkuk. Kakinya di lebarkan."Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu""Ahhkk..., hmm..., hmmpp", Rina menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.""Ugghh..., innii..., innii", Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Rina. Rinapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat."Adduuhh..., teruss.., teruss Rezaa..., oohh", Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya."Oohh Rina..., Rinnaa".Rina segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.


Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Rina, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu."mm capek..., mm", bibir Rina mendesah saat pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya."Rezz aahh", Tubuh Rina bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya."Bu..., balik..., Reza pengin nih""Nakal kamu ahh", dengan tersenyum nakal, Rina bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza. Reza meraih payudara Rina dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang"Adduuhh..., owwmm", Rina mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza."Bu Rina nikmat lho vagina Ibu..., ketat", Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya."mm..., aahh..., ahh..., ahhkk", Rina tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu."Ayoo..., aahh.., ahh... Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi...". Gerakan Rina makin cepat menerima sodokan Reza.

Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rina, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi "doggy style", melainkan kini Rina menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering."Ooww..", Teriakan Rina terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Rina yang makin becek."Ayoo..., makin dalam dalamm"."Ahh.., aahh..., aahh..", Rezapun mulai berteriak-teriak."Mau kelluuaarr"Rina sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Rina kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka."Bu Rina..., sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada disini sekarang"."mm memangnya kamu mau apa", Rina kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza."Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat.."Rina tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.

Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Rina harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk."Bu, Anto kangen lho"."Iya deh..., nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi..., jadi..., Ibu ingin malam ini malam terakhir kita", mata Rina berkaca-kaca ketika mengucapkan itu."…………..", Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu."Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?".Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, "Iya..., boleh..., boleh"."Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa", Rina mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD 'Kamasutra-nya Penthouse". Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.

Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Rina dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene."Ganti pakaian itu Nto..", Rina menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Rina."Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex"."Belum tuh...", Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya."mm..., itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil"."Thanx..", Anto kemudian mengecup pipi gurunya.

Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Rina kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Rina, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat."aahh..."Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Rina agar duduk di pangkuannya."Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini...", Bisik Anto di telinga Rina. Rina yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan."Akhh...", Rina memejamkan matanya."Anto..., jilatin vagina ibu..."

Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu."oohh..., teruss..., teruuss...", Rina bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda."Jilatin..., pentil itu..., oohohh", Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh semangat."Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..""Anto..., massuukk".

Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Rina yang becek."mm...", Rina menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk."Uuhh..., masih susah juga ya Bu...", Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Rina mempermainkan puting Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak."Uhh..., nakal, Ini balasannya!", sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya."aa...".

Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri."mm..., hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?", Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Rina yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina rina."Nikmati saja..."Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya berada tepat di mukanya."Isap... Ayoo", sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Rina berteriak, saat itu pula penis Reza masuk."Ahh..., nikmat..", Rina merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya."uufff..., jilatin..., jilatt", tangan Reza memegangi kepala Rina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.


Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Rina.Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Rina, "Berdiri menghadap tembok Bu!"Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai."mm..., Nto..., liat tuh punya kamu..", seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rina. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Rina."Nih Bu rasakan punya Reza juga ya".

Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Rina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Rina merintih-rintih menikmati permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan."ooww...", Tubuh Rina yang disangga Reza menegang, kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Rina dan tembok. Dipindahkannya tangan Rina ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza."Anto...", Lagi-lagi Rina mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang."Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….""aa.. Aa... Aa"."oohhkk..., kk..., kk..", Rina berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Rina. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

Cerita Dewasa, Ira Suster Cantik Ku

Cerita Dewasa, Ira Suster Cantik Ku

Cerita Dewasa, Ira Suster Cantik Ku - Cerita Hot - Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pass kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.


Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan.
Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari
tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk
berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya
sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak
panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup
luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa
pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang
sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum
mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku
untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang
kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke
kamarku.
"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu
tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang
terlihat montok dan menggiurkan.
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin
karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak
mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari
ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu
ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun
dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat
sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang
Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah
boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku
seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku
membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan
menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong
sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien
rumah sakit yang tipis itu.
"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih,
pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku
yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya
cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku
dengan selimut.
"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem
kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis
itu.
"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa
lengket mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban mbak
kerja disini. Tapi mbak bener-bener ngga berani kalau pak
dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah
memancing gairahku.
"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu mbak ngga boleh sembarangan
ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat
"nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum
pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu,
kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja
disamping tempat tidurku.
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa
lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan
melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang.
Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap
bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa
membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira
kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya
dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak,
terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa
terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak
membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani
sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.
Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh
tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin
kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak
mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku
melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu
meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan
bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian mbak Ira menyuruhku membalikkan badan.
Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali
melihat kontolku yang ereksi.
"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri,
sayapun membalikkan tubuhku.
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku,
rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung
mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku
dengan memejamkan mata.
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan
sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya
benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali
telapak tangannya menyentuh putingku.
"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.
"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar
ucapannya ini.
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar
terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih
keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa,
cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma
tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin
berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan
memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan
sesekali dicubitnya putingku.
"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau
putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari
nakalnya.
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu
sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh mbak Ira, satu sisi
saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin
saja tiba-tiba masuk.

"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya mbak Ira kepadaku.
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah
mana dia akan berbicara.
"Dik Iwan, pernah main sama cewek nggak?", tanyanya lagi.
"Belum mbak" jawabku lagi.
"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih",
lanjutnya centil.
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak
olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan.
Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.
"Pantes deh, de Iwan dari tadi mbak perhatiin ngaceng terus,
Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong.
Belum sempat saya menjawab, mbak Ira sudah memulai aksinya.
Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku.
Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku,
dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan
lidah dan gigi-gigi kecilnya.
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya
mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa,
setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.
Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit
mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan
memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya
dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali
saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh
mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai
kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba
menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa
gawat", katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari
tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak
disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian
dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak
merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas
menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang
bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya,
digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing
seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk
sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang
berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini
lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan
wanita, namun mbak Ira benar-benar pintar membimbingku.
Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam
berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang
berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh
enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka
Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi
puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan
sesekali menggigitnya.
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih",
desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan
membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak
saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat
dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini
kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan
kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap
selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua
tangannya.
"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh... ahh..", desahku menahan
agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang
kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya
sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri.
Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol
kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana
dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil
melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah,
sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi
bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit
becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol
kaki.
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget",
desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak
khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan
keras juga.
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin
banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya
mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film
BF yang biasa kutonton.
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala
kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya
itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol
kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum
pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang
terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini
kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang
kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa
mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan
tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari
jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya
agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya
sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya
benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di
sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap
berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera
"keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan
terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat
enak sekali.
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan
mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak
dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Ira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati
cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut
merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat
kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku
melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang
dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian
seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan
mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah
tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar
pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari
mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati
pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya
melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara
langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Ira.
Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan
kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet
sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan mbak Ira.
Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak
mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu
menggoda.

Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol
sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam
memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan
satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih
mengeras dan terlihat makin mancung itu.
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda mbak Ira
sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang
tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan
memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah
mulai kering dari air ludah mbak Ira, kini kembali basah. Saya
mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan
jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.
"Ngga usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe",
agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga
merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja
dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua
kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh
sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap,
disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat,
benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah
oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat
mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk
menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk
beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak
Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia
juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau
keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena
teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat
memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke
arah mulutku.
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok
kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini.
Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul
dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai
hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan
kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.
"Ahh.. ahh..", desah mbak Ira disaat terakhir berbarengan
dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan
mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan
yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan
bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun
orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang
pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti
membawaku terbang ke langit ke tujuh.


Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia
duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku
yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan
meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian
ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami
keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan
aman-aman saja.

Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan
seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan
Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering
berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya
yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi
sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah
beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku.!!

Cerita Dewasa, Main dengan Anak Majikan

Cerita Dewasa, Main dengan Anak Majikan

Cerita Dewasa, Main dengan Anak Majikan - Cerita Hot Hari Ini - Cerita Hot tujuhbelastahun17.blogspot.com - Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.


Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.

Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
ali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.
Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan Feilin. “Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.
“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar disofa. Tarida dan Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan ?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…” Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika Tarida menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri mematung menatap mata Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes kayak balon panjang aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram dengan perlakuan Feilin sehingga nafsu seksku turun. Tarida meraih tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak , kedua tanganku kini meremas-remas buah dada Tarida, aku membalikkan tubuh Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan kancing baju seragam Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian seragam Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia, hatiku merasa tersentuh karena Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian seragam sekolah Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu bergerilya meremas-remas buah dada Nia sedangkan yang satunya asik meremas-remas buah dada Tarida. Tarida menarik wajahnya sehingga ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku, diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat, kemudian Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana Non ? ” Aku bertanya pada Tarida. Tarida tidak menjawabku ia hanya tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya padaku.

***************
Lima belas tahun yang lalu
“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah dadanya dan kemudian..
“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang indah
“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin…. Dan…
**************

“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir Tarida, Nia menggeliat melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian Nia bersujud dihadapan Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat ketika Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku mencengkram pinggul Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut, tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan pantatnya. Serangan Nia dan seranganku membuat Tarida meringis-ringis dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat Nia yang masih asik menjilati vagina Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan mereka berciuman dengan lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku meremas-remas buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik pantatnya dan menepiskan tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?” Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. “ Nia tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia, lidahku terjulur menjilati Vagina Nia, tubuh Nia bergetar hebat, rintihan-rintihan Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih mengasikkan
“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….” Nia tidak melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi… aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum sambil menangkap kedua kaki Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat ketika aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya. “Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan “Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh bibir Vagina Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!” Tarida terkejut, sementara nafas Nia yang tadinya tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat – keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang Dhani… Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku kebingungan, Nia menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut olehku.
”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti Nia berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir Vagina Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata Nia terpejam-pejam, bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang, tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi Nia dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara belahan bibir vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku sambil sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala-

-kemaluanku mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan kedua tangan Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ” Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk, Tarida terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang datang menerpanya. Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya , aku malahan asik memainkan buah dada Nia yang kini kembali mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin meninggalkan kami bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut, Nia dan Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan Nia dan Tarida pulang.